Banyak yang menilai bahwa menjadi seorang pemimpin membutuhkan kemapuan dan integritas tinggi. Bahkan banyak para pemimpin yang lahir dengan karakteristik untuk mampu menyelesaikan sebuah masalah. Menurut Anda, bisahkan seorang pemimpin wanita mampu menyelesaikan masalah? Gelolak ekonomi dan politik yang banyak melanda para pemimpin dunia membuat pemimpin wanita jadi yang diprioritaskan. Jika pemimpin pria menjadi salah satu yang diunggulkan, maka pemimpin wanita justru memiliki peran menonjol.
Sponsor: pemutih wajah
Seperi yang dialami oleh perdana menteri Theresa May yang menjadi salah satu gambaran fenomenaglass cliff atau sebuah tebing kaca. Fenomena tebing kaca ini dimaksud pada kecenderungan para perempuan untuk lebih mungkin diangkat menjadi pemimpin dalam situasi berisiko dan berbahaya ketimbang kaum pria. Lalu apa alasan pemimpin wanita lebih disukai saat masa krisis?
Sebuah bukti fenomena tebing kaca berasal dari studi milik Ryan dan Haslam dimana saat mereka menyelidiki perubahan harga saham yang terjadi di perusahaan FTSE100 di Bursa London. Pada studi tersebut meneliti pada tingkat fluktuasi harga saham di masa kepemimpinan pria dan saat kepemimpinan wanita. Dan sebelum menunjuk pimpinan wanita, harga saham pada perusahaan tersebut cenderung anjlok.
Dari survei analisis yang diteliti tampak sebuah kinerja perusahaan sangat buruk dan ketika ada peran wanita dalam jajaran tertinggi terlihat adanya keuntungan. Sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Eagly dan Carli pada 2003 dinama ada bukti yang menyebut bahwa stereotip pemimpin perempuan cenderung lebih dibutuhkan untuk menolong saat-saat krisis.
Menurut Profesor Psikologi Universitas Exeter, Michelle Ryan pasa studi arsipnya yang membahas topik seputar kepemimpinan wanita pun menyimpulkan bahwa perempuan cenderung lebih memungkinkan untuk diberi kesempatan menjadi pemimpin di saat posisi berisiko dan berbahaya. Alasan yang dipaparkan sang profesor menyebut bahwa jumlah pemimpin wanita lebih sedikit. Kemudian pada saat gagal atau berhasil, usaha yang dilakukan juga berkaitan dengan gender.
Bukti lain yang menyebut peran pemimpin wanita sangat penting berasal dari analisis Direktur Penelitian di Catalyst, Anna Beninger. Menurut Beninger, ada sebuah perusahaan yang menunjuk Mary Barra di General Motor dan Marissa Meyer di Yahoo. Kedua wanita tersebut menjadi salah satu yang menonjol sebab tak banyak wanita yang duduk dalam posisi sangat penting di perusahaan besar.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa gender bukanlah satu-satunya faktor yang jadi tolak ukur kesuksesan kepemimpinan. Namun kepemimpinan setiap pria dengan lainnya berbeda begitupun juga denga wanita. Seperti yang diungkap Catalyst dalam komentaranya “Women ‘Take Care,’ Men, Take Charge,’ yang jadi stereotip pebisnis di Amerika. Bagi mereka wanita yang berada di posisi top perusahaan cenderung kompeten dalam merawat sementara para pria lebih baik dalam mengambil alih.
Dalam perilaku take care yang dimaksud adalah saat wanita dilibatkan dalam masa krisis. Namun tugas Ryan lagi, bahwa peran wanita dalam kepemimpinan berisiko membahayan jika tidak memperkuat stereotip seperti tidak pandai dalam memimpin. Sebab mengambil tindakan saat masa krisi adalah ujian bagi para pemimpin dan pentingnya memiliki keterampilan. Seperti apa yang disebut Profesor Bisnis Administrasi Harvard Business School dimana ada kesulitan memperlihatkan kelemahan dan kekuatan dapat membuat pemimpin tahu apa yang harus dilakukan sekaligus memberikannya banyak pengalaman.