Bagi pecinta drama pasti mengenal Miracle Of Giving Fool. Miracle Of Giving Fool adalah sebuah drama asal Korea Selatan. Sebuah drama yang menceritakan seorang anak laki-laki bernama Sung Ryong—for your information tokoh ini diperankan oleh Cha Tae-Hyeon. Dia seorang anak yang menderita keterbelakangan mental (maaf idiot) disebabkan pernah keracunan asap arang. Ia yang hanya mempunyai keterampilan membuat roti panggang itu tinggal bersama keluarganya di sebuah desa kecil yang damai. Tak lama ayah dan ibunya meninggal. Akhirnya dia hanya tinggal berdua bersama seorang adik perempuannya, Jee-In yang masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas.
Dalam menjalani keseharian hidupnya, ia tidak pernah tidak ingat dengan pesan ibu: ia harus selalu menjaga dan menyayangi adiknya. Salah satu kebiasaan Sung Ryong adalah duduk menyendiri diatas bukit kecil. Bukan tanpa sebab, dia sedang menunggu seseorang temannya di bangku sekolah dasar dulu. Ji-Ho, namanya. Seorang pianist handal sejak kecil. Ia telah menghabiskan selama sepuluh tahun di luar negeri untuk sekolah. Hingga suatu hari Ji-H pulang. Sung Ryong tampak tak percaya. Langsung saja Sung Ryong yang sedang duduk diatas bukit bergegas lari sampai terguling-guling dari bukit itu untuk menghampiri Ji-Ho. Namun Ji-Ho mengabaikannya. Ji Ho sempat tidak ingat pada Sung Ryong.
Selain Hi-Ho Sung Ryong juga memiliki sahabat bernama Sang Soo. Dia adalah seorang pemilik kedai kopi. Pertemanan mereka tanpa sengaja terbentuk. Waktu itu di malam hari Sung Ryong sedang berjalan-jalan. Lalu dirinya memutuskan untuk mampir sebentar ke kedai kopi tersebut. Sung yang sedang menikmati kopi tiba-tiba dihampiri oleh Sang Soo. Disitulah mereka saling kenal.
Sung Ryong setiap hari berjualan roti di dekat sekolah Jee-In. Dia tidak pernah lupa menyiapkan sarapan roti buat Jee-In. Ia letakkan di depan pintu kamar Jee-In. Tetapi selalu saja sebelum berangkat sekolah Jee-In mengabaikan roti yang sudah dibuatkan kakaknya terseut. Namun walau kerap diabaikan oleh adiknya, Sung Ryong tetap menjalankan pesan ibunya. Bahwa ia harus selalu menjaga serta menyayangi adiknya. Dia pula selalu tersenyum.
Suatu saat Jee-In dirawat beberapa hari dirumah sakit. Meski hanya menunggu di luar ruangan, Sung Ryong tidak pernah menginggalkannya. Karena seperti biasa, ia takut jika Jee-In marah ketika melihat dirinya berada di dalam kamar Jee-In. Sung Ryong cuma berbicara kepada adiknya di dekat pintu. Tetapi lambat laun Jee-In merasa bersalah atas sikapnya. Ia sadar bahwa selama ini kakaknya selalu tulus menjaganya.
Rupanya Jee-In menderita ginjal. Dokter—yang juga ayah dari Ji-Ho memberitahukan kepada Sung Ryong bahwa Jee-In harus mendapatkan donor ginjal supaya ia lekas sembuh. Kemudian Sung Ryong meminta kepada dokter untuk mendonorkan. Tapi dokter berkata kalau ginjal miliknya tidak cocok untuk Jee-In. Sung Ryong pun merasa sangat sedih. Ia berpikir menagapa ginjalnya tidak cocok padahal dirinya adalah kakaknya. Harapan datang untuk Sung Ryong saat Sang Soo sahabatnya bersedia mendonorkan ginjalnya untuk Jee-In. Dan kabar bahagianya lagi ternyata ginjal Sang Soo cocok. Tentu Sung Ryong merasa amat gembira.
Pada suatu ketika Sung Ryong pulang kerumahnya hendak mengemaskan barang-barang untuk di bawa ke rumah sakit. Kemudian dalam perjalannya, ia dipanggil oleh dua orang tak dikenal. Ternyata mereka adalah orang suruhan dari musuh sahabatnya, Sang Soo. Yang maan Sang Soo pernah memukul musuhnya sebab masalah pribadi.—sewaktu hendak dipukul dengan botol, Sang Soo lebih dulu memukul botol itu dengan tangan kanannya.
Sayangnya, musuh Sang Soo memberikan ciri-ciri Sang Soo kepada orang suruhannya kalau ada perban di tangan kanannya. Sementara tangan kanan Sung Ryong juga sedang diperban akibat tak sengaja memegang panggangan rotinya. Sehingga saat orang suruhan melihat Sung Ryong, di tangan kanan Sung ada perban. Terleih lagi Sung Ryong sedang memegang sebuah benda untuk mencelakakan mereka. Seketika itu pula Sung Ryong langsung tersenyum mengingat kata-kata ibunya supaya selalu menjaga Jee-In.
Mereka mengeroyok Sung Ryong. Darah telah mengucur deras dari kepalanya. Namun ia terus berjalan menuju rumah sakit. Walau kondisinya begitu lemas, tapi ia tak ingin menyerah sebelum sampai tujuan. Sung Ryong berkali-kali jatuh, terus menahan rasa sakit. Dia pun mengeluarkan foto keluarganya dari jaketnya. Sebuah foto sang ibu. Dia terus menatapnya agar merasa kuat. Dia akan kuat saat teringat kata-kata ibunya—bahwa harus selalu menjaga adiknya, Jee-In. Kalau sampai tiada, dirinya merasa takut tidak ada yang menjaga Jee-In. Namun Tuhan berkehendak lain. Sung Ryong telah tiada.
Jee-In akhirnya sembuh. Mendengar kabar kematian sang kakak dia sangat menyesal, sebab selama ini mengabaikan ketulusan kakaknya. Ia kerap merenung di kamar Sung Ryong. Jee-In tinggal sendiri di rumah. Sepi. Sekaang tidak ada lagi yang menyiapkan sarapan untuknya. Telah ia sadari bahwa kakaknya adalah orang terbaik. Seorang kakak yang selalu tersenyum dalam keadaan baik maupun buruk. Senyumannya ialah cahaya. Saat Sung Ryong tersenyum maka orang lain pun ikut tersenyum.
Banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat kita ambil: dalam kondisi seperti apapun, kita harus tetap semangat menjalani hidup, selalu tersenyum, selalu bersyukur, selalu tersenyum, tulus dan ikhlas.