Di bulan ramadhan setiap umat muslim di seluruh dunia diwajibkan untuk berpuasa. Puasa tersebut dilakukan sejak mataari terbit hingga terbenam tidak lebih dari itu. semua dilakukan selama tiga puluh hari penuh hingga hari raya idul fitri tiba. Di balik perintah berpuasa yang harus dijalankan oleh seluruh umat muslim di penjuru belahan dunia, terdapat banyak sekali pembelajaran yang dapat diperoleh bagi mereka yang menjalankannya. Pembelajaran hidup yang tersirat dari perintah untuk berpuasa di bulan ramadhan. Salah satunya adalah belajar kepedulian dari berpuasa di bulan yang mulia ini.
Seluruh umat muslim yang sudah dewasa tanpa terkecuali di wajibkan untuk berpuasa. Bahkan kalaupun ia mendapat halangan seperti menstruasi bagi para wanita yang datang setiap bulan sekali, atau bagi ibu-ibu hamil dan menyusui yang tidak memungkinkan bagi fisiknya untuk berpuasa seharian, atau oarang yang sudah tua yang memiliki kondisi fisik lemah dan tidak akan mampu untuk berpuasa, maka mereka akan di minta untuk mengganti puasa dengan jumlah hari yang sama di kemudian hari atau membayar fidyah sesuai dengan ketentuan dan jumlah hari ia tidak berpuasa di dalam bulan suci ramadhan.
Belum lagi di bulan yang sama, setiap umat muslim di perintahkan untuk membayar zakat atas dirinya dan harta benda yang ia miliki. Zakat fitrah untuk dirinya, sedangkan zakat maal untuk kekayaan yang ia miliki. Nantinya seluruh dana zakat dari umat muslim ini akan dikelola untuk kepentingan umat, salah satunya adalah untuk membantu mereka yang kekurangan. Puasa dan juga zakat, kedua hal ini memang tidak bisa dipisahkan. Selain karena keduanya sama-sama di lakukan ketika bulan suci ramadhan, keduanya juga merupakan satu paket ibadah yang mengandung pembelajaran yang saling melengkapi. Lantas apakah pembelajaran yang bisa kita dapatkan dari ibadah puasa dan zakat di bulan ramadhan? Jawabanya adalah pembelajaran tentang kepedulian terhadap sesama manusia.
Di dalam perintah berpuasa terdapat pembelajaran untuk meningkatkan rasa kepedulian atau empati kita terhadap penderitaan orang-orang fakir miskin yang setiap harinya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berpuasa, atau secara perlaku adalah menahan hawa nafsu, baik lapar dan dahaga serta nafsu seksual mulai dari terbitnya matahari hingga terbenamnya fajar. Memiliki maksud agar umat dapat merasakan apa yang dirasakan fakir miskin yang setiap harinya harus menahan lapar dan dahaga karena tidak mampu membeli makanan.
Melalui puasa lah umat muslim akan diberikan pelajaran untuk berempati. Pertanyaannya apakah penting berempati dengan fakir miskin? Jawabannya sangatlah penting. Di zaman yang serba modern ini harus kita sadari dan akui bahwa kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin semakin hari semakin besar saja. Mereka yang memiliki modal besar akan mampu menguasai perekonomian bahkan pemerintahan. Sedangkan mereka yang tidak memilliki modal maka harus menerima kenyataan sulitnya hidup di bawah kediktatoran sistem perburuhan yang tidak mampu mensejahterakan mereka. Hal ini merupakan suatu permasalahan yang terjadi di Indonesia.
sebagai negara yang menjunjung tinggi ideologi pancasila, tentu penerapan pengupahan ala sosialis bukan menjadi solusi atas kesenjangan yang terjadi. Bagaimanapun, mereka yang memiliki kemampuan harus di hargai lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan. Sehingga tidak mungkin lulusan S2 di gaji sama dengan lulusan SD. Karena beban kerja antara mereka berdua berbeda. Lantas apakah solusinya? Kepedulian itu sendiri. Dengan adanya kepedulian antara si kaya terhadap si miskin, maka akan tercipta kondisi dimana keduanya saling membantu.
Misalnya, para pengusaha tidak hanya memikirkan efisiensi produksinya dengan hanya mempekerjakan tenaga kerja asing, melainkan ia juga memikirkan kondisi masyarakat negaranya yang masih membutuhkan banyak lapangan pekerjaan. Dengan membuka kesempatan bekerja bagi masyarakat fakir miskin di perusahaannya ia akan mampu memberikan kehidupan yang lebih layak terhadap mereka. Tanpa harus membuat mereka berpangku tangan dan bermalas-malasan.
Apabila berpuasa membicarakan mengenai pembangunan rasa kepedulian antar sesama muslim, maka zakat adalah praktikum dari rasa kepedulian tesebut. Tidak ada gunanya kepedulian bila hanya berupa rasa bukan diwujudkan dalam tindakan yang nyata. Oleh karena itu melalui perintah zakatlah umat muslim di ajarkan untuk mewujudkan kepedulian tersebut melalui tindakan nyata berupa membayar zakat atas dirinya sebesar 2,7 kg bahan makanan pokok. Karena di indonesia bahan makanan pokok masyaakatnya adalah beras, maka zakat fitrah di bayarkan sebanyak 2,7 kg beras atau bila diuangkan sekitar 25-30 ribu rupiah. Sedangkan zakat maal, sifatnya bagi mereka yang memiliki kekayaan setara 1 kg emas dan telah di miliki selama satu tahun. Nilai zakatnya pun hanya 2,5% saja. Bila ada yang mempertanyakan bahwa nilai zakat sebesar 25-30 ribu itu sangat kecil sekali, dan bisa apa dengan uang sekecil itu? jawabannya adalah bisa mengecilkan angka kesenjangan sosial. Bagaimana caranya? Zakat sebesar 25-30 ribu itu apabila di kumpulkan dari seluruh umat muslim di indonesia, maka nilai nya bisa lebih dari 1 Triliun. Dan ketika uang sejumlah itu dapat di gunakan untuk kepentingan umat, bukan hanya untuk makan semata, maka berbagai macam kemajuan akan dapat tercapai. Hal ini sudah di buktikan oleh Malaysia, dengan pengelolaan dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh, mereka mampu meminimalisir angka kesenangan sosial diantara rakyatnya.