Kekhawatiran orangtua terhadap sikap intoleransi pada buah hatinya bagaikan wabah virus yang harus dimusnahkan. Jangan sampai intoleransi menjadi ancaman generasi muda melalui cara cegah intoleransi pada anak sejak usianya masih dini. Sikap intoleransi yang muncul dalam diri anak, bisa akibat dari dampak lingkungan, keluarga hingga informasi yang belum dapat ia cerna dengan baik. Bisalnya, anak terlalu sering disuguhi berita atau film dimana didalamnya berkisah tentang diskriminasi. Tayangan tentang perkelahian anak-anak juga bisa menjadi virus penebar kebencian serta mengancap kehidupan sosial sang anak. Jangan sampai anak kita menjadi salah satu anak yang tidak peduli sesama atau istilahnya intolerans. Padahal, dalam membangu suatu kehidupan yang seimbang, kebutuhan akan sosial saling melekat dan akan terbawa hingga anak dewasa nanti.
Sponsor: perawatan wajah
Apa sih pentingnya mengajarkan anak dengan sikap toleransi?
Bahaya anak tak pernah diajarkan sikap toleransi dengan baik bisa berdampak pada kehidupan sosialnya. Anak cenderung lebih berpotensi menjadi pribadi yang acuh, intoleransi bahkan radikal. Anak jadi lebih mudah berada dalam lingkungan kekerasan dan memperalat orang lain. Di era masyarakat digital, kekhawatiran orangtua terhadap paparan sikap intoleransi dan radikalisme pada buah hatinya menjadi semakin besar. Bahkan keprihatinan ini harus segera diatasi, caranya dimulai dari lingkungan keluarga.
Orangtua adalah benteng terdepan untuk mencegah sikap intoleransi pada anak-anak mereka. Dimulai dari ayah dan ibu, keduannya harus menjadi panutan utama bagi buah hati. Sebab mengajarkan anak toleransi bisa dimulai dari hal paling kecil dalam keluarga misalnya saling mengasihi antar saudara juga antara anak dengan orangtuannya. Lebih lengkapnya, berikut ini cara menghindari intoleransi pada anak yang bisa Anda ajarkan dirumah.
Cara cegah sikap intoleransi pada anak
1. Mengenalkan perbedaan dari lingkungan terkecil
Memperkenalkan sikap toleransi keluarga bisa memberikan pengetahuan pada anak bahwa keberagaman itu adalah sebuah rahmat. Anak harus sadar jika keberagaman merupakan anugrah drai Tuhan. Maka dari itu anak perlu tahu cara menghargai setiap perbedaan serta orangtua perlu ajarkan perbedaan dengan tidak memaksa kehendak orang lain yang tak sependapat. Toleransi bisa diajarkan pada lingkungan terkecil yakni keluarga dimulai dari mempelajari perbedaan dalam diri saudaranya dan orangtua si anak. Meski sepintas anak memiliki persamaan baik fisik ataupuk sifat akan tetapi perbedaan adalah hal biasa dalam hidupnya. Jika anak memiliki sifat, perilaku atau hobi yang berbeda dengan saudaranya maka orangtua perlu mengenalkan bagaimana cara agar perbedaan itu bisa bersatu. Salah satunya dengan mengasah motorik anak dan mengajaknya bermain permainan yang sama dengan saudaranya.
2. Belajar menghargai pendapat orang lain
Seringkali dalam satu keluarga, berbeda pendapat hal yang biasa. Misalnya sang kakak ingin membeli baju untuk orangtuanya yang berwarna merah, namun adik ingin baju yang berwarna biru. Sikap yang bisa diambil oleh orangtua adalah menengahi perbedaan pendapat mereka. Orangtua bisa memberikan solusi bagaimana cara mengambil kesepakatan bersama dan anak bisa belajar cara mengambil kesepakatan. Solusinya mungkin bisa meminta adik lebih dahulu yang memiliki warna baju, kemudia di lain waktu baru sang kakak yang akan memilihkan warna baju. Buat kesepakatan antar kakak dan adik untuk bisa saling mengerti dan bergantian.
3. Mengajarkan anak untuk saling berbagi
Anda dapat mulai ajarkan anak saling berbagi sejak ia masih kecil. Kunci inilah yang kelak dewasa, anak akan mudah terbiasa untuk berbagi dengan siapa saja tanpa harus membedakan orang lain. Anda bisa mulai ajarkan si kecil dengan berbagai komunitas berbeda mulai dari komunitas bermain, belajar atau komunitas yang mengenalkan anak saling berbagi. Anda juga bisa ajarkan anak untuk mau bermain dengan siapa saja yang mulai dari lingkungan keluarga besar, sekolah atau tetangga.
4. Ajarkan anak untuk fleksibel
Jangan ajarkan anak memaksa pendapat orang lain, melainkan harus bisa menjadi anak yang fleksibel di segala tempat. Sikap ini akan melatih anak berpandangan luas soal perbedaan yang dimiliki orang lain. Sikap open mind akan melatih anak untuk mudah beradaptasi dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berbeda. Misalnya jika anak masih balita dan akan masuk kelas 1 sekolah dasar, maka sikap terbuka anak bisa membantu ia mengenali banyak karakter temannya serta memudahkannya beradaptasi di lingkungan baru. Dan sikap inilah yang aka selalu dibawa hingga sang anak dewasa kelak.
5. Ajarkan anak tentang toleransi lewat dongeng atau film
Ingin cara lebih mudah mengajarkan anak akan tolerasnsi, Anda dapat menceritakan dongeng seputar kehidupan toleransi dan gotong royong. Sesuai sifatnya yang selalu penasaran, anak paling suka jika orangtuanya menceritakan kisah seru atau dongeng. Tetapi jika anak sudah besar dan mulai paham, Anda bisa mengajaknya berdiskusi tentang film apa yang menarik ditontong. Tentunya film yang mengandung unsur toleransi dan peduli dengan oranglain. Film ini bisa membangkitkan semangat dan jiwa anak sejak kecil.
6. Mengajarkan anak untuk menerima diri apa adanya
Jangan tertipu dengan iklan yang merubah diri dan penampilannya dengan sesuatu yang mewah atau menawan. Secara tidak langsung iklan seperti ini bisa membuat anak ingin mengikuti apa yang ada dalam iklan. Misalnya menginginkan kulit yang putih, tubuh yang langsing atau pakaian yang serba bagus. Jika anak terlalu terobsesi dengan iklan, kemungkinan bisa membuatnya jadi kurang percaya diri apabila nanti ia tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Padahal kecantikan atau kemewahan setiap orang berbeda. Untuk itu penting mengajarkan anak menghargai dirinya tanpa harus terpengaruh oleh iklan. Cara ini juga mmebantu mencegah anak nantinya mengejek atau membedakan orang lain yang berbeda darinya.
Yang terpenting dari semua hal mencegah intoleransi pada anak seperti yang sudah disebutkan diatas adalah sebagai orangtua wajib mendorong buah hatinya supaya pandai bergaul dengan semua orang. Jangan sibukkan anak dengan pelajaran, les atau tugas sekolah tetapi Anda bisa sibukkan akhir pekan anak atau sepulang sekolah dengan bermain dengan teman-temannya. Kunci anak bisa toleransi adalah ia pandai bergaul dan hamble dengan siapa saja.