Anda pasti pernah mencicipi gurihnya cemilan rumput laut ‘Tao Kae Noi’, bukan? Camilan tersebut banyak tersedia di berbagai toko swalayan. Apa anda juga tahu siapa pemiliknya? Ialah Aithipat Kulapongvanich, atau biasa kita kenal dengan nama Top Ittipat. Seorang pemuda asal Thailand yang berhasil meraih kesuksesan di usia 26 tahun. Perjuangan Top memang sangat menginspirasi. Begitu menginpirasinya sampai-sampai jatuh bangun selama dia membangun bisnis jajanan rumput lautnya tersebut dijadikan sebuah film berjudul The Bilionare. Ada sebuah inspirasi dari Film The Bilionare dalam membangun bisnis.
Sudah banyak jatuh bangun yang dialami Top. Bermula dari bisnis game online yang ternyata ditengah perjalanan akunnya diblokir karena dianggap melakukan penyalagunaan. Kemudian jualan dvd, yang ternyata dvd-dvd yang dibelinya untuk dijual kembali rusak sehingga rugi. Tidak berhenti disitu, Top sampai tidak ikut kelas kuliah untuk jalan-jalan di suatu pameran alat. Dari situ ia ada ide untuk jualan kacang goreng. Dirinya sengaja membeli alat penggorengan, belajar dari tukang jualan kacang, mencoba berkali-kali untuk membuat resep kacang goreng yang enak. Akhirnya setelah menemukan cara tepat berjualan kacang, ia mulai buka di suatu mall. Bisnisnya sempat ramai, namun sayangnya tak lama kemudian diusir oleh pihak management karena dianggap merusak fasilitas mall.
Dalam waktu yang bersamaan, ayah TOP bangkrut dan terlilih hutang sehingga mengharusnkan keluarganya pindah ke Cina untuk memulai kehidupan yang baru. Tapi Top tetap tinggal bersama pamannya karena ingin melanjutkan bisnisnya tersebut. Sempat frustasi, kemudian dari temannya ia mendapatkan inspirasi untuk menjual camilan rumput laut. Ia harus memulai bisnisnya dari nol lagi. Dia harus rela menjual semua asset seperti computer miliknya dan mesin penggorengan kacang agar mendapat modal untuk membeli rumput laut. Dan ternyata percobaan berjalan kurang mulus. Rasanya tidak seenak yang dimakan waktu itu. Padahal sudah berdus-dus yang digoreng.
Top membeli rumput laut lagi, tetapi masih saja tidak enak. Hingga akhirnya tidak sengaja Top menemukan sisa 1 bungkus rumput laut yang terkena air. Tanpa sengaja sisa rumput laut tersebut digoreng. Percobaan terakhit itu berhasil. Rasanya gurih. Lalu menemukan masalah baru: rumput laut tidak bisa bertahan lama. Macam tidak kehabisan akal, dia sampai mendatangi sebuah universitas supaya mendapat solusi.
Top kembali membuka stand di mall, usahanya pun cukup ramai. Ketika sedang berada dimall membantu pamannya, orngtuannya telepon. Ia terpaksa harus bohong sedang tidak ada kuliah pada orang tua, sebab seetulnya dirinya sudah tidak kuliah lagi. Ayahnya menyuruhnya untuk berangkat ke Cina. Ia juga diberitahu bahwa ayahnya mempunyai hutang sebesar 40 bath (12 milyar). Top kaget, apalagi sesampainya dirumah ia menemukan bahwa rumahnya akan disita oleh pihak bank. Dari situ Top berkeinginan mengembangkan usahanya agar dapat membayar hutang ayahnya. Dia mulai belajar dari materi yang didapatkan saat kuliah dulu bahkan sampai mengikuti pelajaran diluar kelas. Sampai akhirnya mendapatkan ide untuk memasukan rumput lautnya ke “Seven Eleven”—salah satu minimarket terbesar.
Produknya ditolak karena tidak menjual dan harganya mahal. Kemudian dia mendatangi ahli desain untuk mendesainkan bungkus yang menarik. Dan ternyata berhasil, camilan tersebut diterima. Tapi syaratnya dalam 2 bulan harus mengirimkan 72.000 kemasan untuk di kirim ke 6000 cabang Seven Eleven di 27 negara. Dan akan mendatangi pabriknya untuk dicek apakah layak. Top bingung karena selama ini, ia hanya berdua dengan pamannya yang menggoreng.
Bagaimana bisa menghasilkan sebanyak itu selama 2 bulan. Ia berpikir harus membuat pabrik dan mencari karyawan lagi. Tapi dana terbatas, mencoa meminjam dana ke bank tidak disetujui karena secara usia masih 19 tahun dan ayahnya juga sedang terlilit hutang. Ia terpaksa menjual mobil dan aset-aset yang tersisa. Singkat cerita, top berhasil membangun pabrik dan menambah karyawan. Dia berhasil menghasilkan sebanyak 72.000 kemasan. Tapi ketika saat pengiriman hamper saja ditolak, karena ditolak. Tapi dengan segala lobi dari Top, dus-dus tersebut berhasil diterima. Sejak saat itulah usahanya mulai berkembang.
The Billionaire a.k.a Top Secret merupakan film biografi menarik yang mengisahkan tentang perjuangan Top sebelum dirinya menjadi pengusaha snack rumput laut terlaris di Thailand. Bahkan pernah meraup penghasilan sebesar 800 juta Baht (2,4 Triliun rupiah) per tahun. Film garapan Songyos Sugmakanan ini memang berbeda dari kebanyakan film Thailand lain, yang biasanya lebih banyak memberikan penontonnya dengan genre komedi romantis. Film ini amat inspiratif, penuh dengan petuah dan pesan tentang perjuangan tidak kenal menyerah. Juga sedikit informasi tentang bisnis dan bagaimana memasarkan daganganmu di supermarket sebesar 7-Eleven.
Barangkali akan menjadi berlebihan apabila menganggap The Billionaire mengajarkan kita banyak hal, terutama untuk menjadi orang kaya. Film ini memberi lebih banyak pelajaran daripada yang kita dapatkan di bangku kuliah. The Billionaire menghadirkan sebuah narasi menarik dengan waktu durasi kurang lebih 2 jam. Dijmain selama menyaksiakannya anda akan kesyikan serta takjub sebab melihat dinamika perjuangan Top yang keras kepala dalam mengejar impiannya untuk menjadi pebisnis handal. Sebetulnya tidak hanya berjuang untuk menjadi pengusaha handal, Top pun ingin menolong kedua orangtuanya yang sednag terlilit hutang.
Dengan balutan alur cerita yang apik, Sugmakanan dengan gaya alur majur mundur. Bahkan ada sedikit unsur komedi yang menarik. Termasuk kualitas berakting dari seorang aktor muda Patchara Chirathivat sukses. Patchara berhasil mencuri semua perhatian penontonnya. Bisa dibilang penampilannya lebih baik dari yang sudah dibuatnya di Suckseed.
Dari film ini kita mengambil sebuah pelajaran bahwa kesuksesan itu butuh proses cukup lama. Juga akan banyak pengorbanan. Mengalami kegagalan berkali-kali sudah pasti, tinggal bagaimana kita bisa bangkit dan mencoba kembali.