Kisah yang satu ini bukan berasal dari orang-orang yang menekuni dunia bisnis dan telah dewasa secara usia. Kisah kali ini justru berasal dari seorang gadis belia yang baru saja lulus sekolah. berasal dari salah satu sekolah unggulan di surabaya. namun ia memiliki bakat yang luar biasa. Hingga akhirnya bisa membanggakan surabaya di mata internasional. Inilah kisah Dhea penulis belia yang mampu mengangkat nama Surabaya di mata dunia.
Sponsor – perawatan wajah terbaik
Siapa sangka meskipun bertubuh mungil dan berusia belia, ternyata bakatnya di bidang literasi sangat luar biasa. Dialah Alma Putri Dhiafira yang akrab dipanggil Dhea. Gadis yang baru saja lulus dari SMA Negeri 5 Surabaya ini, telah berhasil membanggakan Surabaya melalui tulisannya yang di publish oleh UNICEF dan koran lokal di Amerika.
Kecintaan Dhea terhadap dunia literasi sebenarnya telah tumbuh sejak kecil. Ia memang sosok yang dikenal lebih suka membaca buku di perpustakaan dari pada jalan-jalan atau nongkrong di cafe layaknya anak-anak kebanyakan. Melihat passion buah hatinya tersebut, Enny Ambarsari ibunda Dhea, memberikan dukungan penuh terhadap bidang yang diminati putrinya. Ibunda Dhea ini menceritakan bagaimana ia harus menemani Dhea belajar hingga larut malam, meskipun setiap hari ia telah kelelahan dengan usaha yang ia geluti. Namun ia adalah sosok ibunda yang rela mengesampingkan rasa capeknya dari seharian beraktifitas untuk kedua putrinya.
Sebenarnya, kemampuan Dhea dalam dunia komunikasi dan juga literasi sudah terliat semenjak ia masih kelas 4 SD. Saat itu ia sebenarnya berhasil mendapatkan kesempatan untuk pergi ke Kanada setelah memenangkan seleksi Summerset. Namun saat itu ibunda Dhea memilih untuk tidak memberangkatkan putrinya tersebut dengan alasan bahwa Dhea saat itu masih sangat kecil, sedangkan ibunda Dhea tidak bisa turut menemani Dhea ke Kanada karena adik Dhea, Tiara, saat itu masih bayi dan tidak mungkin di tinggalkan di Surabaya. Di tahun 2015, Dhea terpilih untuk mewakili sebagai siswa pertukaran pelajar ke Amerika-Kanada. Sebelum berangkat, ia dan beberapa siswa pertukaran pelajar lainnya sempat berpamitan dengan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Pada kesempatan itu, mereka sempat diberikan pesan oleh Walikota Surabaya. ia mendapatkan pesan agar tidak merepotkan orang lain di sana. Mendengar pesan tersebut, Dhea mengatakan dalam hatinya, I want more than that. Bahwa ia ingin lebih dari hanya sekadar tidak merepotkan orang lain. Ia ingin berkarya dan menunjukkan pada dunia kehebatan pelajar Indonesia.
Pesan dari sosok yang ia figurkan itu selalu terngiang-ngiang selama ia menjadi exchange student di Amerika dan Kanada. Ia tidak ingin kepergiannya selama satu tahun ke luar negeri hanya sekedar untuk bersenang-senang semata. Ia bertekad harus memiliki karya semasa menempuh pendidikan di Amerika dan Kanada.
Gadis yang piawai menari balet dan juga bermain biola ini pun berhasil mendapatkan nilai A pada setiap mata pelajaran, meskipun ada salah satu mata pelajaran yakni Environmental Science yang tidak diajarkan di kurikulum pendidikan Indonesia. Selain itu tulisannya pun berhasil di muat oleh salah satu koran lokal di Amerika. Selain itu ia juga pernah menulis artikel tentang srimulat dan berhasil di publish oleh website resmi UNICEF. Namun, rupanya Dhea tidak puas hanya sampai di situ saja.
Berawal dari iseng, ibunda Dhea menunjukkan beberapa tulisan Dhea ke salah satu redaktur brand buku. Siapa sangka mejadi jalan bagi Dhea untuk menulis sebuah buku nya sendiri. Namun menyelesaikan buku yang menceritakan kisah Dhea sebagai siswa Exchange Student tidaklah mudah. Karena Dhea saat itu masih berada di luar negeri sedangkan ibundanya ada di Indonesia. apalagi saat itu tengah masuk bulan Ramadhan. Hampir setiap malam setelah Dhea berbuka puasa pukul 11 malam waktu setempat ia menyempatkan berdiskusi dengan ibunya melalui telepon.
Hasil kerja kerasnya pun terbayar sudah, bulan Juli 2016 lalu, bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke 18, ia dengan dukungan sponsor dari Hermanto Angka, calon pimpinan Rotary Indonesia 2017-2018, Dhea meluncurkan buku pertamanya dengan judul “Kisahku sebagai Exchange Student” bertempat di Tugu Pahlawan. Ia memilih Tugu Pahlawan, karena ia ingin menunjukkan bahwa meskipun ia telah tinggal di Amerika selama satu tahun, namun rasa cinta pada kota Surabaya tidak akan pernah luntur.
Kunci keberhasilan Dhea ada pada prinsip yang diajarkan sejak kecil oleh ibundanya. Sejak kecil, Enny Ambarsari telah mendidik Dhea untuk menjadi orang yang optimis, mandiri, dan kerja keras. Ia telah terbiasa menetapkan target-target pencapaian dalam hidupnya, mulai dari lima tahun kedepan, diturunkan menjadi tahunan, hingga bulanan. Hal tersebut yang membuatnya tidak pernah putus asa saat mengalami kegagalan.
Kini Dhea baru saja diterima oleh Universitas Airlangga sebagai mahasiswa baru fakultas hukum. Ia masih ingin terus berkarya. Bila tiada aral yang melintang, tahun depan ia akan terbang ke China untuk belajar bahasa mandarin. Ia juga menyampaikan keinginannya untuk bertemu dengan Walikota Surabaya, sebagai tokoh panutannya, untuk menyampaikan buku karyanya. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah Dhea penulis belia asal surabaya ini.