Siapakah manusia paling jenius? Kebanyakan orang akan menjawab Albert Einstein. Bahkan tak terkecuali anda sendiri pun pasti akan menyebutkan nama-nama ilmuwan seperti Albert Einstein atau Stephen Hawking. Bila anda menyebutkan kedua nama tersebut maka anda keliru menjawab pertanyaan siapa manusia paling jenius. Dengan jawaban ini membuktikan bahwa kemungkinan besar anda belum mendengar kisah si Jenius William Sidis.
Selama ini masyarakat luas mengetahui nama-nama seperti Albert Einstein dan Stephen Hawking sebagai manusia-manusia yang memiliki kecerdasan sangat tinggi. Albert Einsten misalnya, ia memiliki tingkat kecerdasan diatas rata-rata manusia biasa. Tingkat Intellegent Quotion nya mencapai angka 200. Berkat kecerdasannya yang luar biasa itu lah ia mampu menemukan hukum relatifisme. Bahkan ketika ia meninggal pun, banyak ilmuwan dunia yang penasaran dengan kecerdasannya sehingga mereka mengambil otak Albert Einstein dan menelitinya. Sedangkan Stephen Hawking adalah salah satu manusia jenius yang hingga saat ini masih hidup di dunia ini. Meskipun tubuh nya telah lumpuh karena penyakit yang ia derita, namun, kecerdasannya bisa melampaui manusia pada umumnya. Berbagai teori tentang astronomi telah ia cetuskan.
Namun, rupanya sejarah pernah mencatatkan bahwa ada orang lain yang memiliki kecerdasan melampuai Albert Einstein dan Stephen Hawking. Ia adalah seorang anak muda dengan nama William James Sidis. Sidis disebut-sebut sebagai manusia yang paling jenius yang dperkirakan memiliki tingkat kecerdasan melebihi Albert Einstein dan Stephen Hawking yakni di angka 250 – 300. Kecerdasan Sidis sebenarnya telah terlihat saat ia kecil. Pada usia 8 bulan Sidis kecil telah mampu makan sendiri dengan menggunakan sendok. Dari kebanyakan bayi di usia 8 bulan yang hanya bisa menangis meminta makan, Sidis telah mampu memakan makanannya sendiri dengan sendok. Bila kebanyakan anak di usia 2 tahun baru belajar berbicara dan mengeja namanya, Sidis ketika belum genap berusia 2 tahun telah membaca New York Times, koran kota New York Amerika Serikat setiap pagi.
Ketika seorang anak berusia 8 tahun tengah belajar mengitung perkalian di bangku sekolah dasar, William Sidis yang belum berusia 8 tahun telah menulis buku tentang anatomy dan astronomy. Sebenarnya pada usia 8 tahun William Sidis hendak di daftarkan oleh ayahnya, Boris Sidis, di Universitas Hharvard. Namun pihak kampus menolak karena usia Sidis yang masih sangat muda sekali. pada akhirnya mereka menerima Sidis ketika ia berusia 11 tahun. Sidis tercatat sebagai mahasiswa Universitas Harvard yang paling muda usianya. Ia pun berhasil lulus dengan predikat cumlaude. Sidis kemudian menlajutkan sekolahnya untuk meraih gelar master, namun perkuliahannya sempat tersendat akibat gangguan dari kakak kelasnya. Hingga pada usia 17 tahun ia berhasil menuntaskan kuliah S2 nya. Ia pun diterima sebagai asisten dosen sambil menyelesaikan program doktornya. Di usianya yang menginjak 17 tahun pun Sidis telah menguasai 200 bahasa di dunia dengan fasih.
Sampai sini, anda pasti ingin menjadi seperti William Sidis bukan? Memiliki kecerdasan yang sangat luar biasa. Namun apa anda tahu bagaimana kelanjutan kisah hidup Sidis? Bila anda menebak bahwa Sidis akan hidup bergeliman harta dengan jabatan tinggi hasil dari kecerdasannya, lalu menikah dengan wanita cantik yang dan memiliki anak cerdas pula, maka anda salah besar.
Nyatanya kehidupan Sidis mengalami berbagai keterpurukan ketika ia beranjak dewasa. Ia tidak pernah menuntaskan program doktoralnya. Perkuliahannya ia tinggalkan begitu saja. Sidis tumbuh menjadi seorang yang memiliki IQ sangat tinggi. Namun tingginya IQ yang ia miliki tidak diimbangi dengan Emotional Quotion dan Spiritual Quotion. Keduanya membicarakan tentang pengendalian emosi dan juga perasaan kebermaknaan dalam hidup yang hanya bisa didapatkan ketika manusia mendekatkan diri dengan Tuhan.
Karena rendahnya EQ dan juga SQ yang di miliki oleh William Sidis, ia tumbuh menjadi manusia yang tidak bisa bersosialisasi. Dampaknya ia tidak memiliki teman dekat, ia juga seringkali dikucilkan. Seumur hidupnya ia tidak pernah memiliki pasangan. Akibat dari ketidakmampuannya bersosialisasi dengan lingkungan. Ia juga tumbuh menjadi manusia yang tidak tahan terhadap tekanan. Dengan kesulitan bersosialisasi, ia memilih untuk menarik diri dari kehidupan sosial. Ia hidup jauh dari hingar bingar dunia dan penuh kerahasisaan. Bahkan ia juga memutuskan hubungan dengan keluarganya.
Hingga beberapa tahun setelah itu seorang wartawan menemukan sosok pemulung tua yang hidup dalam kemiskinan. Dan ternyata pemulung itulah William Sidis, orang yang tercatat sebagai manusia paling jenius yang pernah ada di dunia ini. Faktanya ia hidup memulung dan dalam kemiskinan. Sidis sang manusia jenius pun mengakhiri hidupnya di usia 46 tahun akibat dari stress dan depresi.
Kisah William James Sidis ini menunjukkan bahwa kecerdasan memang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan. Namun kecerdasan saja tidaklah cukup untuk meraih kesuksesa. Dibutuhkan pula Emotional Quotion, Spiritual Quotion dan Achive Quotion. Bahkan ada yang menyatakan bawa untuk meraih kesuksesan peranan IQ hanya berpengaruh sebesar 30% saja, selebihnya adalah berkat Emotional Quotion, Spiritual Quotion dan Achive Quotion. Oleh karena itu, bila anda ingin menjadi manusia yang sukses, anda tidak hanya perlu mengasah IQ anda, namun juga perlu mengasah EQ, SQ, dan AQ.